Archive for category Pemeliharaan Kapal Boat

Peluncuran dan Docking : Metode Turun-Naik Kapal Boat dari Darat ke Air dan Sebaliknya

Posted by on Friday, 20 April, 2012

Kapal boat beroperasi di perairan sedangkan kapal boat diproduksi (dibangun dan dikonversi) di darat dan bagian lambung dan komponen kapal yang berada di bawah garis air direparasi (pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan) di darat (atau lahan kering).  Timbul persoalan dalam memindahkan kapal boat dari darat/lahan kering ke air dan sebaliknya karena pemindahan ini harus mempertimbangkan banyak hal agar prosesnya tidak membahayakan manusia dan lingkungan sekitar, juga tidak merusak kapal boat itu sendiri.

Perlu diingat bahwa segala pekerjaan baik dalam produksi dan reparasi selain untuk semua pekerjaan untuk lambung dan komponen kapal yang berada di bawah garis air bisa dilakukan dalam keadaan terapung.

 

Dalam kaitan dengan pemindahan kapal boat antara darat dan air tersebut terdapat dua istilah yaitu:

  • Peluncuran; ini adalah proses dimana kapal yang sedang atau sudah selesai diproduksi (dibangun atau dikonversi) dipindahkan dari darat ke air. Di galangan kapal boat, kapal boat yang belum selesai 100% bisa saja diluncurkan kalau semua pekerjaan bagian bawah garis air telah rampung.  Pekerjaan bagian atas air bisa dikerjakan ketika kapal terapung.  Dengan peluncuran awal ini, lahan di darat di galangan tersebut bisa digunakan untuk proses produksi kapal selanjutnya.

 

  • Docking; ini adalah proses dimana kapal yang akan direparasi dipindahkan dari air ke lahan kering.  Lahan kering ini tidak selalu harus di darat, melainkan bisa di atas dok apung.

 

Kapal boat mempunyai ukuran yang relaitf kecil dari segi volume dan juga beratnya.  Untuk itu, dibanding dengan kapal-kapal besar, ada lebih banyak alternatif untuk proses peluncuran maupun docking kapal boat seperti dijelaskan di bawah.

 

Beaching (Turun Naik ke dan dari Pantai)

Cara ini adalah cara yang paling sederhana dengan memanfaatkan pasang surut air laut dan lahan tepi perairan yang memungkinkan.  Beaching ini melibatkan proses penarikan oleh winch atau tackle dengan kapasitas sesuai.  Pada saat air pasang, kapal didekatkan ke pantai dan dikandaskan atau ditarik ke pantai dengan menggunakan semacam rel untuk kemudian dikerjakan di pantai yang kering.

Peluncuran dan Docking Kapal Boat Tradisional

Untuk meluncurkan kapal, ketika air pasang, kapal diluncurkan ke air dengan menggunakan semacam rel dan digerakan oleh winch atau tackle. Untuk mengurangi sarat air kapal terkadang daya apung kapal ditambah dengan pemasangan dengan drum di lambung kapal.

 

Peluncuran dengan Penggalian

Metode ini banyak digunakan dalam pembangunan kapal kayu tradisional di pinggir sungai.  Setelah kapal selesai dibangun, maka tanah di tempat dimana kapal tersebut berada digalidengan kedalaman yang cukup untuk dibuat kolam buatan sehingga air sungai masuk ke dalam kolam tersebut.  Setelah kedalaman air cukup, kapal mulai ditarik sedikit-sedikit ke sungai dengan menggunakan kapal tunda (tug boat) atau kapal lain.

 

Crane Lift

Ini adalah cara yang sangat sederhana dimana kapal boat dinaikan ke darat atau diturunkan ke air dengan menggunakan crane darat.  Crane ini bisa fixed crane atau mobile crane. Di darat, kapal boat tersebut bisa diletakan di atas dudukan (cradle) yang bisa dipindah-pindahkan atau dudukan tetap (foto menyusul).

 

Travel Lift

Cara ini adalah dengan menggunakan alat pengangkat mekanis yang dibuat bisa bergerak secara bebas (independen) dan mempunyai sumber tenaga sendiri (power pack).  Kapal boat digendong dengan menggunakan sabuk pengangkat (lifting belt).  Alat ini memerlukan dermaga dengan bentuk khusus agar untuk bisa menyediakan jalur pergerakan alat travel lift tersebut.  Travel lift ini bisa bergerak bebas membawa kapal ke posisi parkir di dalam suatu lahan kering.

 

Sloped Slipway (Slipway Miring)

Slipway ini menggunakan bidang miring dimana diatasnya terdapat rel.  Kapal boat yang akan dinaikan ke darat dijemput ke air oleh dudukan yang telah disiapkan sesuai dengan bentuk lambung kapal yang akan dinaikkan.  Dudukan tersebut berada di atas rel dimana ketika posisi kapal boat sudah berada di dudukannya lalu dudukan tersebut ditarik dengan menggunakan winch ke atas slipway sampai keseluruhan kapal boat berada di atas air.  Setelah kapal boat sudah di atas air dan dudukan sudah diposisi yang sesuai maka dudukan tersebut dikunci rodanya sehingga tidak bisa meluncur ke air kembali secara tidak sengaja. Dengan metode docking ini, posisi kapal di atas slipway akan selalu dalam kondisi miring.

 

Curved Slipway (Slipway dengan Kurva)

Curved slipway ini mempunyai prinsip kerja yang sama dengan slipway miring, hanya saja posisi kapal terakhir setelah sampai ke darat adalah dalam posisi rata sejajar dengan permukaan air. Curved slipway ini mempunyai panjang yang lebih menjorok ke laut dibanding slipway miring karena lengkungan kurva harus mempunyai sudut yang landai agar landasan rel dapat mengakomodasi pergerakan dudukan kapal yang dasarnya lurus. (ilustrasi akan menyusul)

 

Boat Lift Platform

Metode ini menggunakan landasan rata yang dinaik turunkan dari air ke atas air dan sebaliknya dengan menggunakan tenaga hidrolis.  Landasan tersebut terdapat rel dimana diatas rel tersebut terdapat dudukan kapal boat yang mempunyai roda dan bisa dipindahkan/digeser melalui rel tersebut. Setelah landasan boat lift sejajar dengan lahan galangan kapal boat, dudukan tersebut yang sudah ada kapal boat di atasnya digeser ke darat dimana di darat juga sudah ada rel dengan ukuran dan jarak lebar yang sama.

 

Dry Dock/Graving Dock (Dok Gali)

Sistem ini mengandalkan kolam berpintu dan pompa untuk memompa air keluar masuk dok gali tersebut. Pada intinya graving dock adalah kolam berpintu dimana pintu tersebut adalah pembatas antara lahan kering dan air. Pintu dok bisa dibuka jika kolam dalam keadaan penuh air karena tekanan di luar dan di dalam kolam akan sama. Dalam keadaan pintu tertutup dan kolam kering, tekanan air di luar kolam akan sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk membuka pintu dok. Jika kapal ingin dimasukan ke dalam dok, maka kolam dalam keadaan penuh air, lalu pintu dok dibuka dan kapal dimasukan.  Sebelumnya sudah disediakan dudukan kapal di dasar dok yang posisinya disesuaikan dengan bentuk lambung kapal yang akan masuk.  Setelah kapal masuk dok (dengan cara ditarik oleh winch) dan posisinya sudah pas, pintu ditutup dan air dipompa keluar kolam sampai kolam kering dan kapal duduk di atas dudukannya.

 

Floating Dock (Dok Apung)

Dok apung pada dasarnya adalah sebuah ponton yang bekerja berdasarkan gerakan apung dan tenggelam.  Dok apung akan tenggelam jika kompartemen ponton diisi air dan akan terapung jika air dalam kompartemen ponton dipompa keluar dan diganti dengan udara. Dok apung yang besar biasanya dilengkapi dengan fasilitas crane di kedua sisinya (port dan starboard) untuk tujuan pengangkatan material dan peralatan kapal.  Jika kapal akan naik dok, maka disiapkan dudukan di atas landasan dok apung tersebut yang posisinya disesuaikan dengan bentuk lambung kapal yang akan masuk. Jika dudukan sudah siap maka dok apung ditenggelamkan sampai kedalaman air cukup untuk masuknya kapal dengan kedalaman sarat air (draft/draught) tertentu.  Setelah dok tenggelam dan siap, kapal ditarik masuk ke atas dok sampai posisinya yang pas lalu dok diapungkan kembali.

 

Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya.  Untuk melihat cara apa yang paling tepat maka harus mempertimbangkan :

  • Kondisi perairan (karakteristik laut, sungai, atau danau).
  • Kondisi landasan (luas, kontur tanah, kekerasan, dll.)  lahan tepi air (water front).
  • Batasan biaya investasi.
  • Batasan biaya operasional (sewa, perawatan, operator, sertifikasi, dll.).
  • Dimensi volume dan berat kapal boat yang akan ditangani.

 

Perlu juga dipikirkan sisitem kawasan industri kapal boat kolektif (boat industry cluster) dimana fasilitas proses peluncuran dan/atau docking bisa dinikmati oleh beberapa galangan kapal boat yang ada dalam kompleks industri yang sama.  Ini akan mengefisienkan biaya dan meningkatakan efektifitas utilisasi fasilitas tersebut.